TAFSIR AYAT IBADAH : HAJI (QS. ALI IMRAN : 96-97 DAN AL-HAJJ 26-27)


TAFSIR AYAT IBADAH : HAJI
(QS. Ali Imran : 96-97 dan Al-Hajj 26-29)

1. QS. Ali Imran Ayat 96-97
Dalam ayat ini Allah memberitahukan, bahwa Baitullah adalah rumah yang pertama kali dibangun untuk umat manusia bagi kepentingan ibadah dan haji mereka, yaitu  Ka’bah yang terletak di Makah dan dibangun oleh Nabi Ibrahim  as,  disertai dengan  limpahan berkah.
Selanjutnya, Allah berfirman “maqaamu ibraahiima” Yakni, sebuah tempat yang ketika bangunan tersebut meninggi, digunakannya sebagai pijakan oleh Nabi Ibrahim untuk membangun tinggi tiang-tiang dan dinding-dindingnya (Hajar Aswad), Kemudian Allah menjelaskan Jika orang yang berada dalam ketakutan memasukinya, maka ia akan aman dari segala macam kejahatan.
 Firman Allah selanjutnya “Wa lillaahi ‘alannaasi hijjul baiti manistathaa‘a ilaihi sabiilan”.  Jumhur ulama menyatakan bahwa ayat ini menunjukkan kewajiban haji. kaum muslimin pun telah berijma’ atas hal tersebut secara tegas, dan hal ini diwajibkan kepada orang mukallaf satu kali saja seumur hidup berdasarkan nash dan ijma’. Sedangkan Istitha’ah (kemampuan) terdapat beberapa macam, terkadang seseorang itu mampu dengan dirinya sendiri dan terkadang mampu karena bantuan orang lain, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kitab-kitab fiqih. Firman-Nya: “wa man kafara fa innallaaha ghaniyyun ‘anil aalamiin”. Ibnu ‘Abbas, Mujahid dan ulama lainnya, berkata: bahwa maksud dari ayat ini adalah barangsiapa mengingkari kewajiban ibadah haji, berarti ia telah kafir. Dan Allah tidak butuh terhadapnya.

2. QS. Al-Hajj Ayat 26-29
Dalam ayat in Allah  menyebutkan bahwa Dia memberikan Ibrahim sebuah tempat di Baitullah. Sehingga ayat ini, dijadikan dalil oleh kebanyakan Ulama’ bahwa Nabi Ibrahim merupakan orang pertama yang membangun Bait al-Atiq (Kabah). Allah jua memerintahkan untuk menjadikan rumah itu bersih bagi orang-orang yang beribadah kepada Allah. Serta disyariatkan pula thawaf  yang diiringi dengan shalat. Dimana hal ini tidak disyariatkan kecuali khusus untuk Baitullah.
Selanjutnya, melalui ayai ini Allah memeritahukan kepada manusia bahwa Allah telah mewajibkan kepada semua orang yang mampu untuk mengunjungi rumah ini, hingga mereka memenuhi panggilanmu dengan berjalan kaki atau mengendarai unta yang menjadi lelah akibat perjalanan dari tempat yang jauh. Itu semua agar mereka mendapatkan keuntungan ukhrawi dari pelaksanaan ibadah haji dan keuntungan duniawi dengan saling berkenalan antara teman-teman seagama mereka dan membicarakan urusan-urusan dunia dan akhirat yang bermanfaat bagi mereka. Juga agar mereka menyebut asma Allah saat menyembelih unta, sapi atau kambing--tergantung kemampuan--pada hari raya kurban atau salah satu dari tiga hari tasyrik berikutnya. Makanlah setelah itu sekehendak hati kalian, dan berikanlah kepada siapa saja yang sedang menderita kesusahan dan kefakiran.
Setelah itu dijelaskan bahwa mereka harus menghilangkan kotoran yang melekat di badan akibat perjalanan jauh dan pengaruh keringat pada saat berihram, membayar nazar atas nama Allah apabila mereka memang bernazar, dan melakukan tawaf di sekeliling rumah ibadah yang pertama-tama dibangun di muka bumi.

SUMBER
Ibnu Katsir, Ismail. 1978. Tafsir al-Quran al-Adzim. Beirut: Darr
Thoyyibah

Comments