KONSEP IPTEKS DAN PERADABAN ISLAM, independensi.com |
BAB
I
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Islam
sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuab, teknologi, dan seni dalam
kehidupan umat manusia. Peradaban Islam pernah mengalami masa-masa keemasaan,
yaitu masa ketika peradaban Islma mencapai puncak kejayaannya. Hal ini ditandai
dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, sehingga
peradaban Islan mampu memimpin peradaban dunia.
Namun,
saat ini justu umat Islam tertinggal jauh sekali terutama dalam perkembangan
ilmu pengetaguan dan teknologi. Oleh karena itu,perlu upaya rekonsruksi untuj
menata embali berbagai aspek dalam kehidupan umat Islan baik dalam bidang ilmu
pengetahuan, trknologi, maupun seni yang merupqkan bagian dari peradabannya,
agar sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
TUJUAN
Untuk
mengetahui IPTEKS dan peradabannya dalam Agama Islam.
BAB
II
ISI
IPTEKS
dan Peradaban dalam Islam
Pengertian
IPTEKS
IPTEKS
merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni. Kata
“ilmu” berasal dari bahasa Arab ‘ilm yang memiliki beberapa arti, antara lain knowledge
(pengetahuan), learning (pengajaran), lore (adat dan pengetahuan), information
(pemberitahuan), intellection (kepandaian), dan perception (pendapat). Jamak
dari ‘ilm adalah ‘ulum yang berarti science (ilmu pengetahuan), dan al’ulum yang
berarti natural science (ilmu alam)
Dalam
bahasa Indonesia, Ilmu adalah pengetahuan atau kepandaian. Sementara
pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui. Dari definisi tersebut pengertian
antara ilmu dan ilmu pengetahuan sepintas sama, yakni berkaitan dengan pengetahuan,
pengajaran, kepandaian, dan pendapat. Ilmu pengetahuan membuat manusia menjadi
dekat dengan Penciptanya dan terangkat derajatnya. Allah berfirman dalam
Alquran : “Katakanlah! Apakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan
orang-orang yang tidak mengetahui (tidak berilmu) . sesungguhnya orang
berakallah yang dapat menerima pelajaran” (Q.S. az-Zumar, 39:9)
“Hai
orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu: berlapang-lapanglah dalam
majlis, maka lapangkanlah, niscahya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscahya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengtahui apa yang kamu
kerjakan” (Q.S. Al-Mujadalah, 58:11)
Demikianlah,
betapa kuat dorongan Alquran terhadap penguasaan ilmu pengetahuan oleh uma
manusia. Allah memerintahkan manusia untuk menyelidiki dan merenungkan
penciptaan alam semesta ini. Dengan mencermati semua ini, manusia akan semakin
menyadari keagungan ciptaan Allah sehingga akhirnya akan dapat mengenali
Penciptanya, yang telah menciptakan manusia beserta isinya dari ketiadaan. Ilmu
pengetahuan menawarkan cara untuk menemukan rahasia keagungan Allah yaitu
dengan mengamati alam semesta ini beserta makhluk di dalamnya dan menyampaikan
hasilnya kepada umat manusia. Oleh karena itu, Islam menempatkan ilmu
pengetahuan sebagai alat mempelajari keagungan ciptaan Allah SWT.
Adapun
teknologi diartikan sebagai “metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis atau
ilmu pengetahuan terapan”. Dalam petunjuk Alquran, seorang muslim
diperbolehkan menerima hasil teknologi yang sumbernya netral, tidak menyebabkan
perbuatan maksiat dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika penggunaan teknologi
membuat seseorang lalai dari zikir dan tafakur serta mengabaikan nilai-nilai
kemanusiaan maka bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak melainkan manusia
sebagai pengguna maupun penghasilnya harus diarahkan agar aktifitas
kehidupannya selalu dalam bingkai nilai-nilai ajaran Islam.
Sementara
seni adalah keindahan. Seni merupakan ekspresi ruhani dan budaya manusia. Seni
lahir dari dorongan sisi terdalam manusia yang mengandung nilai-nilai
keindahan. Dorongan tersebut merupakan naluri atau fitrah yang dianugerahkan
Allah SWT. Allah berfirman dalam Alquran yang berbunyi “Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah diatas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui. (Q.S. Ar-Rum, 30:30)
Kemampuan
berseni merupakan salah satu perbedaan manusia dengan makhluk hidup lain. Karya
seni yang bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi. Islam
mendukung kesenian yang menjujung tinggi fitrah manusia yang suci, sehingga
Islam bertemu dengan seni dalam jiwa manusia dalam Islam. Al quran
memerintahkan manusia untuk mengakkan kebajikan, memerintahkan perbuatan yang
ma’ruf dan mencegah perbuatan yang munkar. Kesenian yang ma’ruf merupakan hasil
kreasi masyarakat yang sejalan dengan nilai-nilai Islam. Sementara kesenian
yang munkar tidak sesuai dengan ajaran Islam. Pada dasarnya Islam sangat
menghargai segala kreatifitas manusia, termasuk yang lahir dari penghayatan
manusia terhadap wujud alam semesta ini, selama kreasi tersebut sejalan dengan
fitrah manusia yang suci.
Pengertian
Peradaban Islam
Peradaban
berasal dari kata adab yang mengandung pengertian tata krama, perilaku, atau
sopan santun. Maka peradaban Islam adalah kesopanan, akhlak, tata krama, dan
juga sastra yang diatur sesuai syariat Islam. Kata peradaban seringkali
dikaitkan dengan kebudayaan. Padahal keduanya berbeda. Menurut
Koentjaraningrat, kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang
berwujud dalam tiga bentuk, yaitu :
1)
Wujud ideal berupa ide, gagasan, nilai, dan norma.
2)
Wujud perilaku berupa aktivitas manusia dalam masyarakat.
3)
Wujud benda hasil karya manusia.
Sementara
peradaban adalah istilah yang sering dipakai untuk menunjukan
perkembangan kebudayaan yang mencapai puncaknya, yang berwujud
unsur-unsur kebudayaan yang halus, indah, tinggi, luhur, sehingga masyarakat
yang memilikinya disebut masyarakat yang berperadapan tinggi.
Kaitanya
dengan berbagai definisi tersebut, yang dimaksud dengan peradaban Islan adalah
peradaban orang-orang muslim atau peradaban manusia yang diilhami dan dilandasi
oleh nilai-nilai ajaran Islam yang universal, dalam lapangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan kesenian, yang didedikasikan bagi kepentingan dan kemaslahatan
umat manusia di muka bumi ini. Peradaban Islam merupakan bagian dari kebudayaan
Islam yang bertujuan memudahkan dan menyejahterakan hidup manusia di dunia dan
di akhirat kelak.
Peradaban
Islam: Wujud dan Prinsip-Prinsip Dasar
Tanda
wujudnya peradaban, menurut Ibnu Khaldun adalah berkembangnya ilmu pengetahuan
seperti fisika, kimia, geometri, aritmetik, astronomi, optik, kedokteran, dan
sebagainya. Wujud sebuah perdaban merupakan produk dari akumulasi tiga elemen
penting seperti berikut :
Kemampuan
manusia untuk berfikir sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kemampuan
berorganisasi dalam bentuk kekuatan politik dan militer
Kesanggupan
berjuang untuk hidup
Kemampuan
berpikir merupakan fondasi bagi sebuah peradaban. Suatu bangsa disebut
peradaban bagi sebuah peradaban. Suatu bangsa disebut berperadaban jika
masyarakatnya sudah mencapai tingkat kemampuan intelektual tertentu sehingga
mampu meningkatkan taraf kehidupannya.
Peradaban
Barat, Yunani, dan Islam menjadi berkemabang karena pengembangan ilmu
pengetahuan yang dilakukan oleh masyarakatnya. Tidak ada peradaban yang pernah
maju tanpa adanya perhatian dan upaya serius dalam bidang pendidikan. Hal ini
sepenuhnya berlaku peradaban Islam yang pernah menjadi pemimpin peradaban
dunia, sebelum kemudian diambil alih oleh Barat pada masa modern sekarang
ini.
Peradaban
memperoleh perhatian serius dalam Islam karena memiliki peran yang sangat
penting dalam membumikan ajaran Islam sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hidup
umat Islam. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sebagai wujud peradaban
manusia, dapat diterima Islam jika sesuai dengan nilai-nilai atau norma ajaran
Islam. Dengan demikian, prisip-prinsip peradaban Islam merujuk pada sumber
ajaran Islam, yaitu :
Menghormati
akal. Manusia dengan akalnya bisa mewujudkan peradaban. Oleh karena itu,
peradaban Islam menempatkan akal pada posisi terhormat. Peradaban Islam tidak
akan memunculkan hal-hal yang dapat merusak akal manusia, sehingga ilmu
pengetahuan, tekonologi, dan seni sebagai hasil dari peradaban manusia harus
menjaga dan memaksimalkan potensi akal manusia dengan baik.
Memotivasi
untuk menuntut dan mengembangkan ilmu. Menurut Al quran, ilmu yang harus
dikembangkan adalah ilmu yang membawa manfaat bagi kehidupan manusia secara
keseluruhan. Perkembangan ilmu pengetahuan menandai majunya sebuah peradaban.
Menghindari
taklid buta. Peradaban Islam hendaknya mengantarkan umat manusia untuk tidak
menerima sesuatu sebelum diteliti, melainkan dikritisi terlebih dahulu agar
diketahui alasannya, sehinggga ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
dihasilkan akan sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Tidak
membuat pengrusakan. Peradaban Islam boleh dikembangkan seluas-luasnya oleh
manusia, namun harus mempertimbangkan keseimbangan alam agar tidak terjadi
kerusakan di muka bumi.
Manusia
diberi kebebasan oleh Allah untuk mengolah, mengelola, dan memakmurkan bumi
tempat tinggal. Manusia dipersilahkan untuk mengembangkan peradaban sesuai
dengan kapasitasnya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi ini, tentunya
dengan batasan-batasan yang ditetapkan syariat Islam.
IPTEKS
sebagai Peradaban Islam
Manusia
diciptakan Allah SWT dengan seperangkat potensi. Potensi yang paling istimewa
adalah akal pikiran. Dengan akal pikirannya manusia dapat menghasilkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang bermanfaat bagi kehidupannya.
Dalam
sejarah umat manusia, bangsa yang diduga dapat menciptakan ilmu dan teknologi
pertama kali adalah bangsa Sumeria yang hidup kurang lebih 3000 tahun sebelum
Masehi. Secara berturut-turut timbul peradaban Mesopotamia, peradaban Mesir
Kuno, peradaban Yunani, peradaban Romawi, peradaban Persia, peradaban India,
peradaban Cina, peradaban Islam dan akhirnya beralih ke Eropa atau Barat
(Madjid, 1984: 52).
Pada
masa Nabi Muhammad, Khulafa Rasyidun dan Bani Umayah, ilmu yang berkembang
adalah ilmu-ilmu keagamaan, seperti ilmu Alquran, ilmu hadis, ilmu kalam, ilmu
fiqih, tasawuf, dan ilmu tata bahasa Arab. Contoh ilmu yang muncul saat itu
adalah legalisasi penyusunan Alquran dalam satu mushaf. Yang lainnya yaitu
berkembangnya ilmu kalam/teologi yang ditandai dengan lahirnya golongan-golongan
teologis seperti Khawarij, Syiah dan lainnya.
Pada
masa Bani Abbasiyah, ilmu yang berkembang tidak hanya pada ilmu keagamaan
melainkan ilmu non keagamaan seperti matematika, kedokteran, astronomi, fisika,
kimia, sastra dan seni yang berkembang dengan pesat. Perkembangan keilmuwan
tersebut disebabkan oleh dukungan penuh penguasa. Umat islam pun secara serius
mengkaji warisan pemikiran ilmiah dan filsafat dari peradaban-peradaban
terdahulu sehingga muncullah ilmuwan-ilmuwan dan filosof-filosof muslim yang
juga ahli dalam keagamaan. Dengan adanya tersebut, peradaban islam pun mencapai
puncaknya bahkan menjadi kiblat peradaban dunia yang kemudian diambil alih oleh
Barat atau Eropa.
Adapun
ilmuwan-ilmuwan besar yang berpengaruh terhadap perkembangan ilmu , yaitu :
Abu
Yusuf Ya’qub bin Ishaq Al-Kindi. Popular disebut “Filosof Arab”, ia menulis
berbagai subjek seliain filsafat, yaitu klasifikasi ilmu pengetahuan dan
menulid dua risalah tentang mineralogy serta risalah tentang metalurgi dan seni
pembuatan pedang. Al-Kindi juga menulis karya dalam bidang geologi, fisika,
farmakologi, dan obat-obatan. Ia juga seorang ilmuwan muslim pertama yang
menulis musik. (Myers, 2003: 1-2)
Hunayn
bin Ishaq. Merupakan penerjemah terbaik di kota Baghdad pada masa Bani Abbasiyah.
Ia seorang ahli fisika, ia juga menerjemahkan buku-buku berbahasa Yunani ke
dalam bahasa Arab. Selain menerjemah ia juga menulis karya Orisinil di bidang
kedokteran, filsafat, geografi, meteorology, zoology, linguistic, dan
keagamaan. (Al-Hasan & Hill, 1993: 51)
Abu
Ali bin Ibn Al-Haytsam. Seorang fisikawan muslim dan ahli matematika ternama.
Ia merupakan optik, ia juga menulis karya lebih dari seratus judul, diantaranya
yaitu atematika, astronomi, dan fisika. Karya-karyanya berpengaruh besar
terhadap perkembangan dunia ilmu pengetahuan dalam islam dan juga Barat.
(Heriyanto, 2011: 143)
Muhammad
bin Musa Al-Khawarizmi. Merupakan ilmuwan muslim yang berkontribusi besar dalam
bidang matematika. Ia menulis karya tertua tentang aritmatika dan aljabar. Dia
juga berperan penting dalam memperkenalkan angka-angka Arab yang disebut
algoritma. (Hitti, 2010: 474-475)
Jabir
bin Hayyan. Seorang ahli kimia muslim termashur. Dia menerapkan cara pandang
metafisis dan heurmeneutis terhadap unsur-unsur kimia seperti logam dan
mineral. Ia dianggap sebagai penemu metode evaporatin, filtration, sublimation,
calcination, melting, distillation, dan crystallization. Ia juga dikenal sebagi
pendiri laboratorium kimia pertama. Dia menulis lebih dari 500 karya ilmiah,
diantaranya yaitu filsafat, fisika, astronomi, astrologi, music, kedokteran,
keagamaan, dan kimia. (Heriyanto, 2011: 182)
Abu
Al-Abbas Ahmad Al-Farghani. Seorang ahli astronomi muslim terkenal karena
menulis karya tentang pergerakan benda langit. Beberapa karyanya yaitu Ushul
Ilm An-Nujum (Dasar-dasar ilmu Astronomi) dan Al-Madkhal ila ‘Ilm Al-Falak (Pengantar
Ilmu Falak). (Mirza dan Shiddiqi, 1986: 175)
Abu
Ali Al-Husaim bin Sina. Biasa disebut Ibnu Sina. Terkenal dalam bidang ilmu
kedokteran, meski juga menguasai filsafat dan kesenian. Ia menulis lebih dari
200 karya tentang kedokteran, filsafat, geometri, astronomi, teologi, filologi,
dan seni. Karyanya yang terkenal yaitu kitab Asy-Syifa, sebuah ensiklopedia
filsafat yang didasarkan pada tradisi Aristotelian, dan Al-Qanum fi Ath-Thib
yang merupakan modifikasi pemikiran kedokteran Yunani-Arab.
Penerjemah
buku-buku ilmiah karangan ilmuwan-ilmuwan muslim ke dalam bahasa Latin
berkontribusi besar bagi lahirnya Zaman kebangkitan Eropa yang dikenal dengan
nama Renaissance. Beberapa orang Eropa juga mengakui bahwa mereka tak mungkin
mengenal kebudayaan dan peradaban seperti sekarang jika tidak mendapat pengaruh
dari intelektual muslim. (Hitti, 2010: 459-461)
Islam
Sebagai Sumber Peradaban
Arti
Peradaban
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan dua arti peradaban; 1) kemajuan
(kecerdasan, kebudayaan) lahir batin: bangsa-bangsa di dunia ini tidak sama
tingkat perdabannya; dan 2) hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan
kebudayaan suatu bangsa. Peradaban dalam bahasa Arab disebut dengan al hadhârah
atau al tamaddun atau al „umrân. Menurut Ibnu Khaldun, al hadhârah adalah
sebuah periode dari kehidupan sebuah masyarakat yang menyempurnakan periode
primitif (al badâwah) dari masyarakat itu, karena al hadhârah adalah puncak
dari al badâwah.
Dari
al-Qur’an ke Tradisi Ilmu
Asas
ilmu dan peradaban Islam itu adalah konsep seminal dalam al-Qur’an dan Sunnah.
Konsep-konsep itu kemudian ditafsirkan, dijelaskan dan dikembangkan menjadi
berbagai disiplin ilmu pengetahuan Islam. Keseluruhan kandungan al-Qur’an dan
Sunnah yang dijelaskan oleh para ulama itu merefleksikan suatu cara pandang
terhadap alam, baik dunia maupun alam akherat yang secara konseptual membentuk
apa yang kini disebut Pandangan Alam, Pandangan Hidup atau Worldview. Oleh
sebab itu, jika al-Qur’an diakui sebagai sumber peradaban Islam, maka dapat
dikatakan pula bahwa pandangan hidup Islam merupakan asas peradaban Islam. Dan
karena inti dari pandangan alam Islam adalah ilmu pengetahuan maka dapat
disimpulkan lebih lanjut bahwa ilmu pengetahuan adalah asas peradaban Islam
Dengan konsep yang seperti ini maka dapat dikatakan bahwa tidak ada sisi
kehidupan intelektual Muslim, kehidupan keagamaan dan politik, bahkan kehidupan
sehari-hari seorang Muslim yang awam yang tidak tersentuh sikap penghargaan
terhadap ilmu. Ilmu memiliki nilai yang tinggi dalam Islam.
Pilar-Pilar
Peradaban Islam
Islam
sempat memilki peradaban yang sangat maju untuk waktu yang cukup lama. Bukan
hanya hitungan tahun saja, melainkan berabad-abad. Imperium Islam bahkan sempat
menjadi salah satu dari sekian peradaban yang mampu bertahan lama. Lebih
menarik lagi, peradaban Islam pada saat itu adalah peradaban yang menjadi
pelopor bahkan kiblat bagi peradaban-peradaban lain. Mengutip kalimat dari Dr.
Zigrid Hunakoh, “Abad pertengahan tetangga Eropah adalah muslimin yang 800
tahun menjadi pelopor peradaban.”
Ilmu
Pengetahuan
Sebuah
peradaban tidak bisa dipisahkan dari ilm pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah
syarat pertama dan utama bagi majunya sebuah bangsa. Tanpa pengetahuan sebuah
bangsa akan tertinggal, bahkan akan binasa. Peran ilmu pengetahuan begitu
signifikan. Keberadaan Islam sebagai sumber ilmu telah dibuktikan beberapa abad
silam. Islam sebagai ilmu tentulah menjadi pilar terpenting dalam kemajaun
perabadan umat manusia. Islamisasi pengetahuan berusaha supaya umat Islam tidak
begitu saja meniru metode-metode dari luar dengan mengembalikan pengetahuan
pada pusatnya, yaitutauhid. Dari tauhid, aka nada tiga macam
kesatuan, yaitu kesatuan pengetahuan, kesatuan kehidupan, dan kesatuan sejarah.
Selama umat Islam tidak mempunyai metodologi sendiri, maka umat Islam akan
selalu dalam bahaya.
Tauhid
dan Iman
Pilar
peradaban Islam yang lain adalah tawhid dan iman. Dalam Qur‟an disebutkan, “
Jika penduduk kota itu beriman dan betaqwa, niscaya Kami buka di atas mereka
berkat dari langit dan bumi “.Hakikat tauhid dan iman kepada Allah swt.
Prof.
Dr. Ahmad Fuad Basha menggariskan asas pembangun peradaban Islam itu sebagai
berikut:
Bangunan
individu Muslim.
Individu
ini menjadi asas pertama dalam membangun peradaban Islam. Ini akan dapat
tercapai jika adanya keseimbangan di antara sisi materi dan ruhani dalam diri
setiap individu Muslim. Dari setiap individu inilah nantinya terlahir sebuah
pola kehidupan yang seimbang pula antara materi dan ruhani. Sebagai contoh,
setiap Muslim berkewajiban untuk selalu menyuruh kepada kebaikan dan menjauhi
keburukan. Seperti yang terkandung dalam Al-Qur’an: “Dan hendaklah di
antara kamu ada segolongan orang yang menyerukan kepada kebajikan,
menyuruh(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104).
Bangunan
komunitas yang seimbang.
Bangunan
individu yang memiliki keseimbangan antara materi dan ruhani tadi selanjutnya
menjadi cikal bakal komunitas yang juga seimbang. Dalam hubungannya yang
seimbang antara individu dengan komunitas ini, akan terdapat berbagai macam hak
dan kewajiban. Dan dari korelasi keduanya ini juga akan melahirkan
kebaikan-kebaikan dalam kehidupan manusia. Mengenai komunitas yang seimbang
ini, Al-Qur’an telah menjelaskan: “Dan langit telah ditinggikan-Nya dan
Dia ciptakan keseimbangan. Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu. Dan
tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi
keseimbangan itu.”(QS. Ar-Rahman: 7-9).
Menempatkan
ilmu dalam posisi yang spesial dan penerapannya dalam perbuatan yang
bermanfaat.
Ilmu
yang dianjurkan oleh agama Islam adalah ilmu yang komprehensif, mencakup
ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum atau materi. Namun terdapat syarat yang
menjadikan dianjurkannya pendalaman ilmu-ilmu tersebut, yaitu syarat manfaat.
Standar yang digunakan dalam manfaat ini adalah kemaslahatan umat dan untuk
menegakkan agama Islam.
Penanaman
nilai-nilai kemajuan peradaban.
Salah
satu yang terpenting dalam bangunan peradaban Islam adalah penetapan sistem
nilai-nilai yang mempengaruhi kehidupan manusia serta tingkah lakunya. Dalam
hal ini, sangat jelas sekali fungsi agama dalam kehidupan manusia. Dalam agama
Islam, firman Allah dan Sunnah Rasul menjadi pegangan utama untuk membedakan
antara kebaikan dan keburukan, sesuatu yang boleh dan haram, dan lain
sebagainya.
Dari
keempat asas yang membangun peradaban Islam tadi, semuanya tidak terlepas dari
konsep worldview Islam yang melalui pendekatan tauhidi. Peradaban Islam memang
tidak dapat dipisahkan dari konsep tauhid yang ada dalam Islam itu sendiri.
Konsep tauhid ini merupakan cara pandang yang utuh yang tanpa dikotomi dalam
memandang sesuatu. Worldview itu tertanam pada setiap individu Muslim. Yang
selanjutnya dari setiap individu tersebut membentuk komunitas. Dan dari situlah
sebenarnya peradaban Islam itu bisa terbangun dan menjadikannya berbeda dengan
peradaban-peradaban lainnya. Jadi, peradaban Islam memiliki kaitan yang sangat
erat dengan worldview Islam itu sendiri.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Seorang
muslim harus mampu menelopori dan membimbing terwujudnya peradaban yang
berlandaskan Islam. Dinamik peradaban menuntut dialog engan peradaban lain.
Sehingga tidak ada salahnya umat Islam menerima sebagian dari hasil peradaban
Barat, bukan untuk mebgadopsi basic ideologinya, karena kita memiliki identitas
peradaban sendiri, melainkan untuk menggali bagaimana peradaban Barat dapat
mencapai kemajuan dalam bidang iptek dan seni seperti sekarng ini. Iptek dan
seni sebagai hasil peradaban umat islam hendaknya diarahkan sebagai media dalam
mengegakkan nilai-nilai tauhid dan menebarkan nilai nilai ajaran Islam yang
universal.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudrajat
dkk, Ajat. 2016. Dinul Islam. Yogyakarta: Uny Press
https://saripedia.wordpress.com/tag/sumber-peradaban-islam/
https://harianilmu.wordpress.com/2014/01/29/islam-sebagai-pilar-peradaban/
https://ardianfajar.files.wordpress.com/2012/05/membangun-perdaban-islam-dengan-ilmu-pengetahuan.pdf
Baca Juga: Konstitusi Negara
Comments
Post a Comment