SENGKALA | ANGKA TAHUN YANG DISIMBOLKAN DENGAN KATA-KATA, GAMBAR ATAU BENDA DALAM BAHASA JAWA

Sengkala | Angka Tahun Yang Disimbolkan Dengan Kata-kata, Gambar atau Benda Dalam Bahasa Jawa. Admin mempunyai suatu hal yang menarik untuk ditulis, setelah pulang kuliah dan sedikit dibahas oleh Prof. Mudzirin Yusuf dosen admin. Admin ingin menulis mengenai sengkala, walaupun admin sendiri pun masih belum paham seluruhnya hehehehe.

Yang membuat ini menarik untuk dibahas karena pada simbol-simbol yang dilambangkan oleh orang Jawa untuk menulis tahun pada waktu dulu menggunakan simbol-simbol seperti gambar hewan, benda kata-kata dan lain-lain. Contoh saja seperti yang ada pada Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang terdapat 2 ular naga dan lambang lainya yang mempunyai arti berdirinya keraton pada tahun 1682. Santai setelah ini admin akan jelaskan agar pembaca mudah untuk memahaminya.

Perkenalan dulu hehe. Tahun caka atau saka selalu melambangkan 78 caka. Kono tahun itu adalah tahun dimana ada orang sakti dari India yang datang ke Jawa, sering dikenal dengan panggilan Ajisaka lah maka dari situlah Ajisaka memulai semuanya di Jawa, dari membuat nama hari, simbol-simbol tradisi dan lain-lain.

Apa itu Candrasengkala?
Candrasengkala/ Choronogram atau Sengklan adalah angka tahun yang disimbolkan dengan kata-kata, gambar atau benda dalam bahasa Jawa. Candrasengkalan adalah salah satu cara para waskita Jawa zaman dahulu untuk membungkus nubuat/ramalan mereka dalam sebuah kalimat/syair/tembang, seperti cara yang digunakan Nostradamus. Kenapa harus disembunyikan? mereka yang memiliki indra keenam secara alami biasanya akan menyampaikan penglihatan mereka dengan cara yang santun dan jauh dari kesan menakut-nakuti. Entahlah,mungkin mereka tau bahwa peristiwa tersebut tidak bisa diubah namun efek negatif peristiwa tersebut bisa direndam apabila kita (pendengar) sudah bersiap diri apabila peristiwa itu memang benar-benar terjadi. Tentu saja, cara penyampaian penuh simbol seperti itu juga dimaksudkan agar tidak timbul kepanikan bagi pendengarnya yang akhirnya malah membuat efek negatif peristiwa tersebut menjadi semakin besar.

Macam-Macam Candrasengkala 
hanya orang-orang tertentu saja yang memahami makna Candrasengkala. Dasar penggunaan Candrasengkala sendiri ada dua macam yaitu berdasarkan rotasi bulan (candasengkala) - yang lebih dikenal sebagai kalender lunar/hijriah serta berdasarkan rotasi matahari (Suryasengkala) - yang umum kita sebutsebagai tahun masehi. Namun yang umum digunakan adalah Candrasengkala berbasis rotasi bulan. Selain itu dalam bentuknya masih dibedakan lagi menjadi sengkala dalam bentuk kalimat dan sengkala dalam bentuk gambar, patung, dan bentuk non-aksara lainya.  Simbol yang terdapat di Keraton Kasultanan Yogyakarta, dua relief ular naga besar yang ekornya disatukan. Kabarnya ini merupakan contoh Candrasengkala yang dibaca Dwi Naga Rasa Tunggal - merupakan tahun berdirinya keraton yaitu tahun 1682 (sumber : begawanariyanta.wordpress.com)"]

Tabel Candrasengkala











Sementara dari blog lain, saya mendapat informasi bahwa ada karakteristik tertentu yang pas disematkan pada sebuah sengkala misalnya :
  1. Sengkala untuk angka 1 diantaranya : bumi, buana, surya, candra, tunggal, ika, eka, (p)raja, manunggal, negara
  2. Sengkala untuk angka 2 diantaranya : dwi, tangan, sikil, kuping, mata, netra, panembah, bekti
  3. Sengkala untuk angka 3 diantaranya : tri, krida, gebyar
  4. Sengkala untuk angka 4 diantaranya : catur, kerta
  5. Sengkala untuk angka 5 diantaranya : panca, astra, tumata
  6. Sengkala untuk angka 6 diantaranya : rasa, sad, bremana, anggata
  7. Sengkala untuk angka 7 diantaranya : sapta, sinangga, sapi
  8. Sengkala untuk angka 8 diantaranya : asta, naga, salira, manggala
  9. Sengkala untuk angka 9 diantaranya : nawa, hanggatra, bunga
  10. Sengkala untuk angka 0 diantaranya : ilang, sirna, sonya
Secara garis besar memang dibutuhkan kemampuan bahasa Jawa tingkat tinggi untuk memahami makna Candrasengkala, apalagi untuk menyematkan penamaan pada sebuah tahun seperti misalnya tahun 2010 yang disengkalakan sebagai 'Sirna Praja Ilanging Bekti' yaitu ketika orang-orang yang mengemban amanat lupa pada amanat yang diembannya. Ada pula candrasengkala Kabupaten Sleman yang berbunyi 'Rasa Manunggal Hanggatra Negara' yang merupakan tahun lahir kabupaten tersebut (1916) sbb : [caption id="attachment_365239" align="aligncenter" width="360" caption="logo hari jadi kabupaten sleman terdapat candrasengkala yang merupakan tahun berdirinya wilayah tersebut [Diambil dari Kompasiana.com]
Sleman.co.id

[/caption] Atau bila dilihat dari tabel di atas, rasanya masuk akal juga bila sengkala tahun 2014 ada unsur 'Wedang' (air mendidih) dan 'Raja' (pemimpin) karena situasi tahun tersebut yang panas sebagai imbas dari pelaksanaan Pemilu 2014 yang 'kebetulan' pula diikuti hanya oleh dua pasang kandidat (asta=tangan/memegang). Jadi, kembali ke status facebook teman saya tadi,
"...bumi Jawa akan mengalami kemakmuran kembali bila tahun Candra Sengkala terbaca Pendhawa Mulat Sirnaning Pengantin."
Jika diubah dalam bentuk angka akan didapat angka sbb :
  1. Pendhawa melambangkan angka 5
  2. Mulat, nah saya belum tahu artinya. Ada yang bilang bahwa arti mulat adalah melihat ke dalam diri sendiri, mungkin ada yang bisa menambahkan?
  3. Sirnaning / Sirna melambangkan angka 0
  4. Pengantin melambangkan angka 2
Jadi dari Candrasengkala di atas kita akan mendapat angka 5-?-0-2 atau tahun 20?5 karena Candrasengkala dibaca terbalik dari kanan ke kiri. Hm?  Tahun berapa ya?  2015?  2025?  2035? Ah sudahlah, saya juga masih bingung.  Tapi semoga saja tulisan saya kali ini bermanfaat.  Selamat sore dan selamat menikmati sisa hari Minggu! Referensi : 1234567 Tulisan ini masuk kategori “Serba-Serbi” dan dipublish pertamakali di blog.ryanmintaraga.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini [Diambil dari Kompasiana.com]

Baca Juga: KSATRIA TEMPLAR

Comments