BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam (Arab: al-islām, الإسلام: "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan(Arab: الله, Allāh). Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.[1]
Republik Rakyat Tiongkok (Hanzi Sederhana: 中华人民共和国; Hanzi Tradisional: 中華人民共和國; Pinyin: Zhōnghuá Rénmín Gònghéguó; Pe̍h-ōe-jī: Tiong-hôa Jîn-bîn Kiōng-hô-kok, disingkat RRT atau Tiongkok; literal: Republik Rakyat Tionghoa) adalah sebuah negara yang terletak di Asia Timur yang beribu kota di Beijing Negara ini memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia (sekitar 1,35 milyar jiwa) dan luas wilayah 9,69 juta kilometer persegi, menjadikannya negara ke-4 terbesar di dunia.[2]
Sejarah umat Islam di China dimulai pada periode Dinasti Tang (618-907 M), di mana orang-orang Arab dan pedagang Persia datang ke Cina dengan jumlah yang meningkat. Menurut sumber-sumber sejarah Cina, selama 147 tahun (651-798 M) negara Arab yang dikenal sebagai “Tashi” mengirim utusan ke Cina lebih dari tiga puluh tujuh kali.[3] Perkembangan Islam di Cina berlanjut pada masa Dinasti Song (960-1279 M), Dinasti Yuan (1279-1368 M), Dinasti Ming (1368-1644 M), Dinasti Qing (1644-1911), Republik Nasionalis (1911- 1949 M), dan Republik Rakyat Cina (1948 – sekarang).
Merdeka.com - Menjadi kelompok minoritas di suatu negara memang bukan main getirnya. Warga muslim di Provinsi Xinjiang, China, tahu betul seperti apa rasanya menjadi kelompok minoritas di negeri yang dikuasai Partai Komunis.
Beijing kerap menuding warga Xinjiang sebagai dalang di balik sejumlah kekerasan di Negeri Tirai Bambu.[4] Pahit getirnya kehidupan minoritas muslim di Xinjiang China sudah dirasakan sangat lama yang diwarnai dengan prasangka-prasangka buruk dari Pemerintah China dan penindasan bahkan pembantaian. Namun tidak semua muslim di China merasakan hal-hal tersebut, berbeda wilayah berbeda juga perlakuanya. Sebut saja di wilayah Nanjing, muslim di wilayah tersebut menerima perlakuan yang berbeda dari muslim yang ada di wilayah Xinjiang.
Beijing kerap menuding warga Xinjiang sebagai dalang di balik sejumlah kekerasan di Negeri Tirai Bambu.[4] Pahit getirnya kehidupan minoritas muslim di Xinjiang China sudah dirasakan sangat lama yang diwarnai dengan prasangka-prasangka buruk dari Pemerintah China dan penindasan bahkan pembantaian. Namun tidak semua muslim di China merasakan hal-hal tersebut, berbeda wilayah berbeda juga perlakuanya. Sebut saja di wilayah Nanjing, muslim di wilayah tersebut menerima perlakuan yang berbeda dari muslim yang ada di wilayah Xinjiang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagimana Sejarah dan Perkembangan Muslim di China ?
2. Siapa Tokoh-Tokoh Muslim China?
3. Bagaimana Kehidupan Muslim di Nanjing Provinsi Jiangsu China?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Menjelaskan Kehidupan Muslim di Nanjing Provinsi Jiangsu China
2.Menjelaskan Siapa Tokoh-tokoh Muslim di China
3. Menjelasakan Kehidupan Muslim di Nanjing Provinsi Jiangsu China
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sekilas Sejarah Masuknya Islam di China
Sumber-sumber sejarah China kuno melaporkan bahwa ekspedisi Arab ke China di tahun kedua pemerintahan Kaisar Yung Way dari Dinasti Tang; yaitu pada 31 H (651 M) di masa pemerintahan Khalifah Usman. Orang-orang Muslim China percaya bahwa para anggota delegasi ini, yang berjumblah 15 orang, adalah orang Muslim pertama yang memasuki China. Mereka percaya bahwa ekspedisi itu di bawah Saad Ibn Abi Waqqas, salah satu sahabat nabi. Delegasi datang ke China melalui laut, mendarat di Katon, kemudian melalui dartan ke ibukota Shang-An (sekarang Sian) di mana mereka disambut oleh kaisar dan diizinkan membangun sebuah Masjid. Masjid ini di yakini sebagai Masjid pertama di China, yang masih berdiri sampai sekarang.[5] Umat Islam di China telah melalui kehidupan yang cukup lama dibawah Dinasti-dinasti yang berkuasa di China.
Setelah banyak penduduk China yang memeluk Islam maka banyak tokoh-tokoh Muslim yang bermunculan di China.
2. Tokoh-tokoh Muslim
A. Cheng Ho
Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao (馬 三保)/Sam Po Bo[1] , berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan orang kasim. Ia adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.
Cheng Ho berlayar ke Malaka pada abad ke-15.
Pada tahun 1424, kaisar Yongle wafat. Penggantinya, Kaisar Hongxi (berkuasa tahun 1424-1425, memutuskan untuk mengurangi pengaruh kasim di lingkungan kerajaan. Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi pada masa kekuasaan Kaisar Xuande (berkuasa 1426-1435).[6]
B. Ma Fuxiang
Jendral Ma Fuxiang merupakan salah satu jendral muslim China yang punya prestasi yang sangat gemilang. Pendidikan Islam ditanamkan ke dirinya sejak dirinya masih di usia belia. Pada tahun 1889, beserta kakaknya Ma Fulu, dia berlatih ilmu bela diri dan dilanjutkan dengan masuk sekolah militer beberapa tahun kemudian.
Jendral Ma Fuxiang mengabdi di bawah dinasti Qing dan dipromosikan sebagai Brigadir Jenderal serta ditempatkan di Palikum, New Dominion (sekarang Xinjiang).
Ia terlibat langsung dan mempunya peran penting dalam pertempuran saat terjadi pemberontakan Boxer. Dia dan pasukannya berhasil membunuh sangat banyak pasukanasing di berbagai pertempuran.
Kesetiannya terhadap kekaisaran membuat dirinya sering mendapat kepercayaan sebagai gubernur militer di beberapa daerah yang dikuasai Kekaisaran China.[7]
C. Bai Congxi
Jendral Bai Chongxi sebenarnya memiliki nama asli Jiansheng. Dia sebenarnya anak dari seorang pedagan muslim Persia yang diadopsi oleh keluarga China. Nama muslimnya adalah Omar Bai Chongxi.
Sekolah Pelatihan Militer di Guilin pernah dia masuki saat usianya baru menginjak 14 tahun. Akan tetapi dia tidak lama di sekolah tersebut, lantaran keluarganya meminta dia sekolah di bidang hukum dan politik. Namun pada tahun 1911 dia kembali menjadi tentara karena adalanya revolusi Xinhai. Selama kurang lebih setengah tahun dia menimba ilmu di Akademi Militer Baoding. Setelah itu, dia menjadi perwira Divisi Guangxi Pertama dan kembali ke kampung halamannya.
Karir militernya meroket setelah berhasil memenangi berbagai pertempuran melawan komunisa dan Jepang.
Jendral Bai terkenal dalam kemahirannya menyusun strategi berperang. Karena kehebatannya tersebut dirinya pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan Pertama. Namun sayang itu tidak berlangsung lama karena pasukan komunis kembali bisa menguasai dan dia beserta pasukannya harus mundur hingga Taiwan.[8]
D. Ma Bufang
Jendral Ma Bufang dijuluki sebagai ‘Pedang Kuomintang’ oleh Chiang Kai Shek karena kecerdasannya. Dia merupakan pemimpin dari Pasukan Nasional Revolusioner.
Ma pernah secara langsung terlibat dalam Perang Sipil China, yang dimulai dari 1945-1949. Salah satu prestasinya dalah mampu mebuat Pasukan Komunis China yang berjumlah 1.500 orang mundur dari medan pertempuran.
Ma terkenal dengan ritual yang dilakukannya sebelum terjun ke medan perang, yaitu sholat sunnah dua rokaat dan mengaji. Rajinnya jendral Ma dalam sholat membuat ajudannya yang non-muslim hafal bacaan sholat.
Kebiasaan lain Jendral Ma adala selalu membawa tasbih dan Alquran. Kegigihannya dalam membela Islam pernah dia tunjukan ketika ada 3 pemuda komunis yang ingin membakar Masjid.
“Bakar dulu saya, baru kalian bakar Masjid ini,” teriaknya lantang.
Jendral Ma kemudian dipilih sebagai Ketua Dewan Ulama di Taiwan. Dia terpaksa keluar dari dinas militer karena kebijakan Angkatan Bersenjata Taiwan yang diskriminatif pada Umat Islam yang menjadi Tentara.[9]
3. Kehidupan Muslim di Nanjing Prov Jiangsu
Dalam hal ini setiap daerah di China mempunyai kebijakan yang berbeda. Dikarenakan di China pun ada yang namanya system otonomi daerah. Yaitu pemberian sebagian hak pemerintah daerah untuk mengatur hokum dan kebijakan dibawah pengawasan pemerintah pusat.[10]
Khususnya di kota Nanjing. Tidak terlalu Nampak adanya kesenjangan sosial, seperti dikucilkan dari pergaulan masyarakat. Namun disamping itu masyarakat Nanjing masih tabu akan adanya islam. Tidak sedikit dari mereka yang penasaran terhadap islam, terutama masalah peribadatan. Mereka bertanya-tanya “mengapa kamu berdiri seperti gerakan yoga, apa yang kamu lakukan, dan apakah maknanya”[11]
Ada banyak bidang yang menarik dibahas dalam kehidupan Muslim di Nanjing Provinsi Jiangsu China:
a. Bidang Ekonomi
Dalam hal perekonomian, umat muslim cenderung ke pengusaha makanan, di china sendiri terkenal namanya 兰州拉面(lanzhoulamian) ialah makan khas dari china bagian barat. Kebanyakan dari mereka merantau ke kota untuk berjualan. Selain itu juga ada yang namanya 烧烤(shaokao) ialah makanan yang menyerupai sate, dengan cara di bakar.[12]
b. Bidang Pendidikan
Dalam masalah pendidikan, selagi umat muslim mempunyai status kependudukannegara yang absolut, mereka bisa mendapatkan pendidikan sama seperti orang lainnya, hanya saja unutuk maslah keagamaan tidak ada sama sekali dalam sekolah. Tapi untuk mereka yang ingin menuntut ilmu keagamaan, umumnya mereka pergi ke china barat seperti daerah xinjiang atau Yunnan.[13]
c. Bidang Pakaian dan Aksesoris
Berbeda jauh dengan di Indonesia, di China khususnya di wilayah Nanjing apabila kita membutuhkan pakaian-pakaian dan aksesoris muslim seperti: mukena, al-quran, tasbih, baju kokoh dan lainya kita tidak bisa beli di tokoh pinggir jalan seperti di Indonesia karena di Nanjing hanya di tempat-tempat tertentu saja yang menyediakan pakaian tersebut, jadi ketika kita ingin beli pakaian dan aksesoris muslim kita belinya di Masjid karena pakaian dan aksesoris tersebut sudah disediakan oleh takmir Masjid.[14]
d. Bidang Makanan
Dalam hal makanan di Nanjing sudah banyak warung makan yang menyediakan makanan-makanan halal, 兰州拉面(lanzhoulamian) orang Indonesia biasa menyebut Lamian (mie tarik) dan Shaokao (sate).[15]
BAB III
PENUTUP
KESUIMPULAN
Masuknya Islam di China dimuali sejak abad pertama Hijriah, yang dibawah oleh sahabat nabi yaitu Saad bin Ibn Waqqas, Mereka disambut dengan hangat oleh kaisar dan akhirnya mendirikan Masjid di Caton.
Tokoh-tokoh Muslim China mempunyai peranan penting dalam sejarah dinasti atau suatu renzim di China, dan menjadi orang-orang kepercayaan kerajaan.
Kehidupan umat Muslim di Nanjing tidak sesadis kehidupan umat Muslim yang ada di wilayah China bagian Barat (Xinjiang dan Yunan), Muslim di Nanjing cenderung hidup dengan aman dan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Kettani M. Ali, 2005, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini. Jakarta: Grafindo Persada.
Tien Ying Ma Ibrahim. 1979. Perkembangan Islam di Tiogkok, terj. Joesoef Sou’yb. Jakarta: Grafindo Persada.
Wawancara, Ifham Muzakki, (23-10-2017).
Wikipedia Bahasa Indonesia, (22-11-2017).
Baca Juga: Islam di Italia
[1] Wikipedia, Agama Islam,(21-11-17)
[2] Wikipedia, China (21-11-17)
[3] Ibrahim Tien Ying Ma, Perkembangan Islam di Tiongkok, terj. Joesoef Sou’yb (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 31.
[4] Merdeka.com, Nasib Getir Muslim Xinjiang ditekan Pemeritah China 07-05-15. (21-11-17)
[5] M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 121-122.
[6] Wikipedia, Cheng Ho, (22-11-17).
[7] Wikipedia, Ma Fuxiang, (22-11-17).
[8] Wikipedia, Bai Chongxi, (22-11-17).
[9] Wikipedia, Ma Bufang, (22-11-17).
[10] Wawancara, Ifham Muzaki,(23-10-17)
[11] Wawancara, Ifham Muzaki,(23-10-17)
[12] Wawancara, Ifham Muzaki,(23-10-17)
[13] Wawancara, Ifham Muzaki,(23-10-17)
[14] Wawancara, Ifham Muzaki,(23-10-17)
[15] Wawancara, Ifham Muzaki,(23-10-17)
Comments
Post a Comment